MAJALAH HIDAYAH DAN POP,TERNYATA SAUDARA KANDUNG

September 7, 2006 at 10:41 am 80 komentar

Saya sangat khawatir dengan perkembangan “Islam Belatung” yang cukup
pesat sekarang ini. Yang saya maksud dengan “Islam Belatung” adalah Islam yang digambarkan melalui cerita teror-horor seperti “belatung keluar dari perut si fulan karena melakukan dosa anu” atau “kuburan tak mau menerima jasad sifulan karena dosa anu” dan cerita2 semacamnya. Maaf jika istilah saya untuk menggambarkan ‘Islam’ yang disampaikan dengan cara itu cukup kasar, sebab saya kira cerita2 demikian sesungguhnya dusta dan hanya menodai kesucian dan kemurnian Islam yang “sejati”. Cerita2 itu sekadar sampah, yang karena ketidaktahuan umat Islam, kemudian menjadi seolah-olah kisah agung yang wajib diketahui semua muslim yang saleh..

Sekitar dua-tiga tahun lalu, saya masih ingat persis seorang teman yang juga alumni HMI Bogor pernah bercerita kepada saya. Dia waktu itu reporter majalah Gatra dan sedang ditugaskan untuk menginvestigasi majalah Hidayah-Intisari Islam, sebab majalah tsb dianggap fenomenal. Dalam arti, oplag-nya besar meskipun usianya relatif baru beberapa tahun.

Ketika datang ke kantor majalah Hidayah, ia sempat kebingungan karena
tempat yang didatangi ternyata kantor tabloid Pop, tabloid porno. Hampir
balik lagi karena menyangka salah alamat, ia tanya orang2 di tempat itu.
Ealah… ternyata kantor Hidayah letaknya juga di tempat yang sama. Ia
penasaran, mengapa tabloid dari ‘aliran’ berbeda bisa menempati kantor
yang sama? Selidik punya selidik, ternyata penerbit keduanya sama, yaitu PT
Varia Pop Nusantara.

Setelah mendengar cerita dia, saya cek dengan melihat nama penerbit pada
majalah dan tabloid tsb. Astaghfirullah, ternyata sama… PT Varia Pop
Nusantara.. Silakan teman2 juga cek langsung. Teman saya juga sempat bertanya kepada pimred Hidayah waktu itu, apakah cerita yang ditampilkan dalam Hidayah benar adanya. Dijawab, bahwa cerita2 tsb diperoleh reporter Hidayah dari masyarakat. Benar tidaknya wallahu a’lam!

Kesimpulan saya:
1. Karena penerbitnya sama, sebenarnya tujuan Hidayah dan Pop juga sama,
yakni, mencari untung sebesar2nya. Bedanya, Pop membidik pasar pria2
mesum, sedangkan Hidayah mentargetkan pasar kaum muslim kebanyakan. Saya tidak
tahu seberapa besar jumlah pria mesum yang suka Pop. Tetapi, jumlah kaum
muslim yang bisa dipikat dengan cerita2 horor yang ditampilkan Hidayah,
saya yakin sangat banyak. Terbukti, Hidayah dibeli banyak orang.
2. Strategi yang digunakan penerbit tsb adalah “mengalalkan segala
cara”. Porno atau ‘Islami’, selama itu menguntungkan, sikat teruss…
3. Ada kemungkinan, keuntungan dari Hidayah digunakan untuk mensubsidi
Pop. (Pop butuh subsidi karena kalah bersaing dengan media porno sejenis,
menurut info seorang teman yang lain). Jadi kalau kita beli Hidayah,
sama saja mensupport Pop.
4.Asumsi saya, siapapun di balik majalah Pop adalah manusia bejat moral.
Tidak logis jika manusia semacam itu, melalui majalah Hidayah-nya, punya
niat baik untuk mendakwahkan Islam yang benar.
5.Majalah Hidayah adalah majalah tipu2 dan menyesatkan umat Islam.
Demikian pula majalah sejenis yang akhir2 ini bermunculan. Saya bertanya-tanya,
apakah kyai2 kita tidak tahu hal ini? Dalam rubrik konsultasi majalah
Hidayah, salah satu pengisinya adalah Kyai Ali Yafie, kyai sepuh yang
tak diragukan lagi kualitas keilmuannya terutama dalam bidang ilmu fiqih.
(Dalam versi Hidayah sekarang, juga ada Ust Arifin Ilham ulama2 lain
yang cukup terkenal). Saya tidak pernah mendengar Nabi mengajarkan Islam dengan cerita2 horor. Kalaupun ada dalam Quran hanyalah cerita2 tentang neraka, tak lebih dari itu. Islam yang disampaikan Nabi adalah Islam yang penuh hikmah dan
mauidzah.

Entry filed under: moslem.

“Uang Korupsi Itu Merusak Anak Saya” Ramadhan Menjelang

80 Komentar Add your own

  • 1. dewo  |  September 11, 2006 pukul 5:24 am

    Iya, saya juga menyesalkan cerita-cerita Hidayah yg bahkan difilemkan itu. Selain menyesatkan, juga menghancurkan citra Islam itu sendiri. Banyak masyarakat yg “tahu” sekedar mencibir film/sinetron dan majalah tersebut. Tetapi sayangnya banyak masyarakat yang percaya habis-habisan cerita2 tersebut. Ironis karena TV dan majalah yang harusnya mendidik malah menyesatkan.

    Salam.

    Balas
    • 2. salim  |  Desember 3, 2011 pukul 5:44 am

      kalau saya masalah kisah itu betul atau tidak itu tidak usah dijadikaN masalah….yang penting didalam setiap kisah yang dimuat terdapat hikmah yang dipetik…..pelajaran supaya manusia hidup dengan baik….

      Balas
  • 3. sandynata  |  September 12, 2006 pukul 10:41 am

    whuee.. tnyata!! tak kusangka!! hmm.. penasaran pengen liat sndiri nama PT nya di majalah hidayah, kebetulan ada beberapa edisi lama di rumah

    tp memang dari awal saya g sreg sama “islam belatung” (saya sepakat sama istilah ini) yang makin marak aja

    umat islam masih kurang kritis!

    Balas
  • 4. lenijuwita  |  September 13, 2006 pukul 2:35 am

    Harusnya boikot saja ya tayangan-tayangan seperti itu? benar-benar menyesatkan

    Balas
  • 5. passya  |  September 13, 2006 pukul 8:56 am

    that’s called industrial era !!
    kita yang harus mem-filter sendiri, jangan berharap perbaikan dari siapapun baik itu pemerintah ato ulama. rata-rata bisa dibeli dengan duit, jabatan, wanita, dll.

    Balas
  • 6. Rovicky  |  September 13, 2006 pukul 1:06 pm

    Sedih ya,
    Islam dijadiin bahan komoditi. Termasuk embel2 syariah dalam perekonomian, perbankan, sampai politik.
    Ah apa iya ini yg dimaksud rahmatan lil alamin ?

    Balas
  • 8. konyol  |  September 15, 2006 pukul 2:35 am

    mas rovicky, beda dong, kalo islam yg syariah (bank, ekonomi & politik) ama majalah? saya kok menangkapnya bapak seakan2 gebyah uyah..

    Balas
  • 9. Agus Dhammamitta  |  September 15, 2006 pukul 6:35 am

    Mba’ Lenni yang baik (Maaf ya, saya panggil Mba’).
    Mulanya saya mendapat tulisan Mba ini dari email adik Ipar saya. Pada saat itu saya juga mendapat email dari teman saya suatu kisah pada masa Rasulullah SAW tentang seseorang yang wajahnya berubah menjadi babi hitam ketika wafat dan akan dimakamkan. Saya mereply email teman saya tersebut dengan jawaban bahwa sepanjang saya membaca shirah nabawiyah, saya belum pernah menjumpai cerita seperti itu. Saya tanya hadist yang meriwayatkan, perawi, dan sanadnya apakah lurus atau tidak.
    Karena melihat ada hubungannya, saya pun melampirkan tulisan Mba tersebut sebagai body attachment dalam email reply saya. Semula saya ragu, karena dalam tulisan Mba tidak tercantum narasumber-nya (termasuk Mba sendiri) yang dapat dikonfirmasikan. Tetapi dengan suatu keyakinan akan kebenaran tulisan tersebut (juga dari perasaan dan pemikiran yang kurang ‘sreg’ dari beberapa episode sinetron Hidayah yang saya saksikan), saya pun memforward tulisan Mba tersebut. Terus-terang ada keinginan untuk mencari bukti beberapa fakta kecil yang ada di tulisan itu, namun karena keterbatasan waktu dan tenaga, saya tidak sempat melakukannya. Pagi tadi, ketika antre bis, saya ingat hal itu. Namun majalah Hidayah ternyata tidak ada di penjual koran pinggir jalan.

    Akhirnya, teman saya mencari informasi dan mendapat jawaban dari pihak majalah Hidayah (walaupun tidak bisa dipastikan itu berasal dari pihak Hidayah), sebagai berikut :

    Wa’alaikumsalam wr. wb.
    Terima kasih atas perhatiannya pada HIDAYAH.
    Informasi yang tidak jelas narsumbernya tersebut memang patut dipertanyakan. Rujukannya juga tidak jelas.
    Pertama, sang penyebar informasi yang mengada-ada itu tidak bisa memahami Islam secara universal sehingga kesimpulan yang diambil pun terkesan serampangan.
    MAJALAH HIDAYAH dianggap mengusung jargon Islam Belatung. Ini merupakan pemahaman yang picik dan jangan-jangan belum tahu dan membaca isi majalah HIDAYAH.Mengingat HIDAYAH selain memuat kisah-kisah iktibar, juga nuansa Islam lain pun diangkat.
    RUbrik-rubrik kisah kitab, kisah Qur’an, tokoh, profil dai, serta artikel-artikel Islam lain, dapat dijumpai di HIDAYAH.
    Kedua, rujukan yang didapat yang mengatakan bahwa tulisan tersebut berasal dari investigasi salah seorang wartawan GATRA juga diragukan. Jadi bukan rujukan primer karena rujukan primer hanya didapat dari HIDAYAH. Dalam bahasa lain, tulisan tersebut dibuat dengan asumsi “katanya”. Dalam etika jurnalistik, tidak bisa sumber “katanya” dijadikan patokan (rujukan).
    ketiga, Perusahaan yang membawahi Majalah Hidayah adalah PT VARIAPOP GROUP bukan PT VARIA POP NUSANTARA sebagaimana informasi yang disebarkan di berbagai milis. Dan media-media yang berada di bawah naungan PT VARIAPOP GROUP adalah MAJALAH HIDAYAH, PARAS, ANGGUN, DIDIK, VARIASARI, CHEF, MUSLIMAH,serta BERITA INDONESIA yang diedarkan di Malaysa. Dengan demikian jelas bahwa TABLOID POP yang bernuansa esek-esek yang dikatakan saudara sekandung dengan majalah HIDAYAH sangat TIDAK BENAR. Karena penerbitnya juga berbeda.
    Karena semuanya tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya, maka kami menilai bahwa tulisan-tulisan/ informasi yang beredar di beberapa milis hanyalah bagian dari Kampanye Hitam yang berupaya merusak citra Hidayah. Maklumlah, HIDAYAH menurut penelitian AC NIELSEN yang dimuat majalah CAKRAM ditempatkan sebagai majalah yang beroplah besar dan pembaca yang besar pula. Mungkin inilah yang dijadikan senjata oleh pihak-pihak yang tidak suka perkembangan serta kemajuan HIDAYAH.
    Kebenaran informasi-informasi miring tersebut bisa langsung dikonfirmasi kebenarannya ke redaksi majalah HIDAYAH no telp. 84935417.
    Pembaca Hidayah tentu lebih cerdas dan dapat membedakan mana yang benar dan yang tidak

    Itu adalah tanggapan dari pihak Hidayah yang saya dapat tidak secara langsung, tetapi reply dari teman saya juga. Saya tidak mau konfirmasi per telepon, karena saya yakin jawaban yang saya terima akan sama dengan di atas. Namun bola sudah bergulir, saya juga butuh untuk cross-check informasi dan fakta yang benar, agar tidak timbul fitnah nantinya.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
    Agus Dhammamitta

    Balas
    • 10. sucipto  |  Desember 2, 2009 pukul 5:16 am

      Pak saya pernah menulis untuk majalah variasari edisi 9 / thn I – juni 2004, halaman 142, dengan judul “22 tahun, Hanafi Menanggung Derita Kaki Gajah” serta edisi 10 / thn I – juli 2004 halaman 56, dengan judul “SiKembar, Yang Mampu Menyembuhkan Penyakit”. semua foto dan liputan dilakukan saya sendiri (SUCIPTO).
      Apakah sekarang saya bisa menulis lagi atau mengirimkan hasil liputan saya lagi, sekarang saya tinggal di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia.
      mohon dikirimkan email MAJALAH VARIASARI yang terbaru karena saya mencoba kirim ke email yang tertera di majalah Variasari edisi 20 / thn II – Oktober 2005, kok gak bisa masuk.
      apakah email majalah Variasari sudah di ganti ???? mohon informasinya.
      tolong kirimkan email Majalah Variasari ke email saya :
      ciptonews@yahoo.co.id

      Balas
    • 11. Binta umayyah  |  November 2, 2010 pukul 8:53 am

      masyaAllah….ternyata banyak rncna yg trslubung dblik mraknya ksah2 hror yg da d mjlah Hidayah.
      jika bnr itu bner, brarti slaku umat islm yg bner nda’ ble bli mjlah hdyah lg biar ga’ ikut kbagian dsa krna jdi donasi dari majalah POP.

      Balas
    • 12. Ary cipto  |  November 23, 2012 pukul 11:14 am

      Setuju mas! Saya pelanggan Hidayah sampai sekarang,merasa sangat tersinggung dengan kabar itu. Menurut saya,itu hanya berita Pepesan Kosong,alias HOAX,alias FITNAH! Mungkin orang yang dengki dengan popularitas majalah Hidayah saja yang mau menerima berita HOAX ini.

      Balas
    • 13. Ary cipto  |  November 23, 2012 pukul 11:21 am

      Heuh! =@ berita Pepesan Kosong,alias Hoax,alias FITNAH! Berita ngga bermutu! Heh, Hidayah diterbitkan oleh PT.Variapop Group,bukan PT.Varia Pop Nusantara,Dajjal! PENYEBAR FITNAH kau! Ngga mungkin berita ini asli,pasti BERITA FITNAH! =@

      Balas
  • 14. agorsiloku  |  September 15, 2006 pukul 6:50 am

    Lepas dari siapa majalah hidayah milik siapa, tapi rasanya emang nggak islami ketika belatung dan kuburan, dosa, divisualisasikan menjadi — intisari Islam —. dalam sinetron tv. Apalagi di situ ada juga tokoh sepuh yang kredibilitasnya disandingkan dengan kisah-kisah yang tak jelas ujung pangkalnya. Agama akal diporakporandakan dan jadi komoditi atau dalam istilah di atas : dibelatungkan….

    Balas
  • 15. lenijuwita  |  September 15, 2006 pukul 7:25 am

    Klarifikasi untuk majalah ditenggelamkan oleh rasa kekesalan kita melihat tayangan sinetron di TV yang jelas menyebut nama majalah hidayah sebagai sumbernya. Sinetron yang menjual nama Islam tapi jelas-jelas tayangan yang tidak bermutu dan menyesatkan. Semua yang menonton menggunakan akalnya akan sakit hati Islam yang begitu dicintainya di gambarkan seperti itu.
    Tidakkah itu akan merusak citra Islam sendiri? Sayapun pernah langganan majalahnya. Sudahlah cukup ditulis dimajalah saja. Orang yang membaca biasanya dapat memfilternya, tapi kalau ditayangkan di TV, ditonton oleh segala usia, pada jam tayangan keluarga dan hampir di semua channel menayangkan sinetron spt itu, adegan mesum, baju seksi semua kegiatan maksiat hampir mendominasi tayangan tersebut? Rusaklah citra Islam. Lalu untuk apa Hidayah maju, tapi citra Islam sudah terlanjur berantakan?
    Terimakasih banyak Mas Agus untuk penjelasan dan alamat klarifikasinya. Dari Mas Dewo sampai Mb’Agorsiloku, rasanya kita semua punya pendapat yang sama termasuk Mas Agus sendiri kan? 🙂

    Balas
  • 16. Ard_Lee  |  September 16, 2006 pukul 2:58 am

    “Janganlah melihat siapa yang berkata, tetapi lihat apa yg dikatakannya”

    utk masalah ini sy mengunggu perkembangan selanjutnya

    -^_^- wassalam.

    Balas
  • […] Anda tahu tentang majalah Hidayah? Itu lho, majalah yang isinya tentang siksa2 itu. Nah, ada lagi yang namanya majalah Pop (kalo ini belum pernah tahu secara pasti). Ada info kalau kedua majalah yang berbeda perguruan itu adalah saudara kandung. Infonya saya dapatkan dari SINI. […]

    Balas
  • 18. Ard_Lee  |  September 16, 2006 pukul 4:27 am

    dari mana mas? ko –> […]

    Balas
  • 19. QZoners  |  September 16, 2006 pukul 6:46 am

    Hmm… rame juga, tapi lom bisa banyak komentar nih, soalnya pertama aku ndak pernah baca Hidayah dan kedua aku ndak pernah nonton filem Hidayah dan yang ketiga aku ndak pernah juga baca majalah Pop, jadi… no comment dulu lah

    Balas
  • 20. wirawan  |  September 16, 2006 pukul 9:47 pm

    Terima kasih infonya, saya juga baru denger tentang masalah itu> Namun, saya pikir perlu juga untuk dilakukan klarifikasi dari banyak sumber, biar berimbang atau yang dalam bahasa jurnalistik disebut cover both side. Terus terang, walaupun saya sendiri tidak sepakat dengan film atau majalahnya sendiri, sumber berita (wartawan Gatra) tidak jelas siapanya. Karena itu, kita juga akan kesulitan mengecek kebenarannya. Saya, pribadi-maaf-jika tidak mendapatkan sumber yang jelas, tidak akan berani menyebarkan informasi apapun. Bukankah dalam Islam, kita terbiasa dengan sanad-sanad (nama pembawa hadist) yang urut, runtut, dan terpercaya? Bahkan yang saya tahu, jika ada pembawa hadist yang pernah terbukti berbohong walau sekali saja, maka dia tidak akan dipercaya lagi dan hadist yang dibawakan seketika menjadi dhaif atau lemah. Saran saya, tolong diperjelas sumbernya. Sya khawatir, bisa saja, wartawan Gatra yang tidak jelas itu melakukan kampanye gelap untuk lawan bisnisnya yang telah diakui-dalam tulisan Mas Agus berdasarkan survei AC NIELSEN-. Terus terang (lagi), saya juga meragukan content majalah Al Hidayah, karena sumber-sumber dari berita itu anonim (sumber yang tidak mau disebutkan namanya), tapi tolong sebelum menyebarkan berita, klarifikasi benar-benar dilakukan terlebih dulu. Ya, biar sama-sama enak dan tidak jadi fitnah.

    Wirawan
    wira170@gmail.com, wira170@telkom.net, wira170@yahoo.co.id

    Balas
  • 21. aufklarung  |  September 17, 2006 pukul 12:55 pm

    Meski suatu blog lebih banyak digunakan untuk media tulisan privat, tapi saya setuju untuk pendapat yang mengatakan bahwa berita apapun yang kita tulis di dalamnya jika menyangkut orang/kelompok lain yang sifatnya publik harus menggunakan etika jurnalistik.

    Terlepas dari itu semua, saya pernah dengar jika rupa-rupa imajinasi siksaan, entah itu siksa kubur, atau siksa apapun yang tertanam di sebagian besar kepala umat islam Indonesia, tak lepas dari gambaran tentang siksaan yang datang pra-Islam (ajaran Budha atau Hindu barangkali) yang telah lebih dulu mengakar dan turun-menurun serta terserap dalam ajaran Islam.

    Berikut contoh kisah yang saya ambil dari novel Kitab Omong Kosong karya Seno Gumira Ajidarma, (saya kira novel ini banyak mengambil kisah diantaranya dari R.A Kosasih dan Mpu Tanakung, Siwaratrikalpa)

    “Para malaikat yang diperintahkan Dewa Maut Yamadipati untuk menyiksa manusia tak berpahala datang menyambar sukma Lubdhaka….Sukma Lubdhaka yang baru saja melayang dari tubuhnya langsung disiksa. Diseret sepanjang langit, berputar tujuh kali melingkari bola bumi lantas dilontarkan ke luar angkasa…Sukmanya yang tak bertubuh ditarik ulur kian kemari, memberi perasaan tercabik-cabik kepada Lubdhaka, seolah-olah ia masih memiliki tubuhnya, sehingga masih bisa menderita siksaan yang badaniah saja rasanya…meskipun memang sukma Lubdhaka tercabik-cabik, hancur seperti debu, leleh seperti aspal, mengeras kembali seperti gulali, mencair seperti sabun, menyublim seperti kapur barus, menyetrum seperti listrik, menyedot seperti magnit, bertiup seperti angin, bersiul seperti bunyi, dan mewujud sebagai cahaya….”

    Balas
  • 22. Bangsari  |  September 18, 2006 pukul 12:49 am

    saya tak tahu bedanya kedua majalah itu, karena ngga baca. lagian tema-tema majalah siksa kubur atau porno menurut saya sama tidak bermutunya. alias tidak usah dibaca.

    Balas
  • 23. wadehel  |  September 18, 2006 pukul 6:43 am

    Saya telpon Redaksi Hidayah di 84935417 yang dikasih Agus Dhammamitta itu kok gak ada yang ngangkat ya?

    Kalau ternyata itu bukan nomernya, kasian banget tuh orang, dalam sehari berapa kali harus mengatakan “salah sambung pak/bu”.

    Tapi nanti saya coba lagi deh.

    Balas
  • 24. bahtiar  |  September 19, 2006 pukul 3:56 am

    wah gas-wat … 😦

    Balas
  • 25. Marijan Joyonegoro  |  September 19, 2006 pukul 5:55 am

    Weleh2… mbok jangan ribut gitu, ngomong2 Leni sudah ke redaksi-nya blom? jangan2 cuma kata temen ini-temen itu… jangan sampai ini jadi fitnah, ingat fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, pencurian & pemerkosaan, kalo memang benar Hidayah itu saudara sekandung POP ya tinggal kita aja yang menyaring, ya gak usah kita beli….beres tho, tapi kalo seandai-nya keliru piye jal?? kalo sampe keliru berarti anda telah membuat fitnah ke pembaca yang menyebar melalui milis ini, berapa juta orang yang sudah termakan fitnah itu… jadi tolong semua itu disikapi dengan bijakasana, ISLAM itu damai, indah & tenang, kalo semua masalah dibikin ribut kapan kita bisa membanggakan Islam??? mumpung mau puasa sebaiknya anak-anak-ku semua pada saling mema’afkan, sing rukun kabeh kalo sedhulur….. mari kita awali bulan suci ini dengan saling mema’afkan…..

    Balas
  • 26. lenijuwita  |  September 19, 2006 pukul 2:30 pm

    Pertama baca, sumbernya dari milis anggota ICMI. Ga maksud fitnah sapa-sapa, abis kesel aja liat tayangan sinetronnya, tayangan bernafas Islam kok seperti itu? Na, keliatan kan banyak yang ga suka? Maksute biar redaksinya Hidayah mengemas lagi bentuk tayangannya biar berkualitas gitu lho. Tapi kalo bener saudaraan ma POP sih tayangannya tidak akan pernah berubah. 🙂

    Balas
  • 27. Bantahan dari majalah hidayah  |  September 20, 2006 pukul 1:29 am

    HIDAYAH BUKAN SAUDARA TABLOID POP
    Assalamu’alaikum wr. Wb.
    Semula saya agak kaget melihat email serta milis yang isinya sangat menyudutkan majalah Hidayah, dimana saya kerja di media tersebut. Bagaimana tidak, Hidayah yang selama ini lekat dengan pembaca sebagai majalah yang sejuk, membimbing orang untuk belajar agama, dicap sebagai majalah yang mengusung jargon Islam Belatung, majalah yang menyajikan cerita-cerita horor yang patut dipertanyakan kebenarannya, majalah yang mengejar profit besar dengan menghalalkan segala cara yakni menjual nama agama meski dengan cerita-ceritra sampah sampai majalah yang bersaudara dengan Tabloid Pop (Tabloid Porno).
    Namun setelah saya cermati, informasi miring tersebut tampaknya sekedar sensasi belaka, bualan semata yang menjurus pada fitnah. Entah didasari apa sehingga pelempar bola panas tersebut berani mengatakan sesuatu yang sebenarnya sangat tidak diketahuinya, tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya serta pemahaman yang serampangan. Apakah ada motif ingin menjatuhkan citra Hidayah di depan khalayak melalui black campaign (kampanye hitam) dengan seolah-olah mengatakan bahwa apa yang ditulisnya benar-benar merupakan investigasi yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik ataukah ada motif-motif lainnya.
    Maklumlah, menurut hasil riset NMR (Nielsen Media Research) kuartal pertama 2006, di sembilan kota besar tercatat majalah Hidayah adalah majalah yang paling banyak dibaca (menempati rangking pertama) di antara 10 majalah lain, baru disusul majalah GADIS, BOBO, ANEKA YESS!, KARTINI, ETNIX, SABILI, TEMPO, MISTERI dan INTISARI. Dari sekitar 40 juta pembaca yang disurvei NMR (usia 10 tahun ke atas), sekitar 4,9% di antaranya memilih Hidayah sebagai bacaan mereka. Pembaca Hidayah jauh melampaui pembaca majalah-majalah lain, sementara peringkat kedua yaitu GADIS hanya meraup 1,81%, dan majalah Intisari yang berada di peringkat sepuluh meraup 0,64% (lihat Majalah Cakram Fokus edisi 6/2006).
    Melihat perjalanan Hidayah yang baru berumur 5 tahun namun hasilnya cukup fenomenal, maka tak mengherankan hantaman melalui isu-isu murahan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, pun coba dihembuskan oleh oknum-oknum yang sentimen terhadap Hidayah. Kata orang, semakin di atas semakin kencang angin bergoyang, mungkin ada benarnya. Kondisi itulah yang kini dihadapi Hidayah.
    Saya melihat, banyak hal yang sengaja dilencengkan dan diplintar-plintir oleh pembawa informasi miring tersebut dari fakta yang sesungguhnya.
    Pertama, penulis (penebar informasi tak jelas tersebut) kurang memahami isi majalah Hidayah. Sebab bila ia paham betul, ia tidak akan menyimpulkan bahwa Hidayah mengusung Islam Belatung. Ia ingin memberi label itu karena melihat cover Hidayah yang seram-seram dan ada keterkaitan dengan azab yang diterima seseorang menjelang/sesudah meninggal dunia karena amal perbuatan buruknya sewaktu di dunia, ditambah lagi dengan tayangan televisi yang marak dengan sinetron dengan tema yang hampir serupa dengan Hidayah.
    Padahal sejatinya, cerita yang dimaksudkan itu bagian kecil dari seluruh isi majalah Hidayah. Porsi untuk cerita-cerita yang baik (husnul khatimah) yang sama-sama bisa diambil iktibarnya juga cukup banyak. Belum lagi rubrik-rubrik lain yang sangat disenangi pembaca. Seperti: Kisah Kitab (rujukannya pada kitab-kitab klasik yang memuat kisah-kisah yang patut direnungi), Kisah Qur’an (kisah yang tidak asing lagi yang diinukilkan dari ayat-ayat al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir), profil dai (menampilkan dai-dai yang sudah malang melintang di tanah air), tokoh-tokoh Islam, Syiar (lembaga Islam yang lebih mengedepankan pengembangan keislaman), serta artikel-artikel keagamaan yang diminati banyak orang.
    Dan sejak sinetron-sinetron yang hampir sama dengan Hidayah menjamur di berbagai tayangan televisi yang keluar pakem dari Hidayah, dengan penyajian dan penggarapan yang justru bisa membuat citra kurang baik, Hidayah Indonesia sudah sejak lama menarik diri dari peredaran di televisi.
    Dengan mengacu hal di atas, maka penilaian Hidayah yang dipersepsikan Islam Belatung adalah penilaian yang sangat cetek. Dan tampaknya sang penebar informasi miring tersebut menyimpulkan berdasar kekurangpahamannya terhadap Hidayah, ia hanya mengetahui kulit luarnya saja tanpa memahami isi-isinya.
    Kedua, rujukan yang digunakan sang penebar isu tersebut layak dipertanyakan kebenarannya. Darimana informasi didapat, benarkah dari salah seorang reporter GATRA, ataukah hanya alasan yang digunakan untuk menjustifikasi dugaannya. Saya menangkap bahwa apa yang dituduhkan ini hanya berdasarkan “katanya” bukan dari investigasi yang benar-benar. Nah, jika rujukan tersebut bersifat “katanya” karena bukan berasal dari rujukan primer, bagaimana mungkin orang bisa mempercayai kebenaran tulisan tersebut. Dalam ilmu mushtalahul hadits, sanadnya (penyampai berita) mungkin tidak tsiqah (kurang bisa dipercaya) hingga orang yang meriwayatkan pun (rawi) akhirnya asal-asalan. Maka berita itu pun dianggap dhaif (lemah), dan karena kedhaifannya, maka berita tersebut tidak bisa dijadikan rujukan.
    Oleh karena itu, orang patut curiga maksud si penulis berita. Benarkah, mengada-ada atau ada maksud kurang baik. Dalam etika jurnalistik, hal semacam ini tidak bisa dipertanggungjawabkan secara akademik.
    Ketiga, ia benar-benar tidak tahu atau hanya mengarang. Sebab Perusahaan yang menerbitkan majalah Hidayah bukanlah PT VARIA POP NUSANTARA melainkan yang benar adalah PT VARIAPOP GROUP. Sangat berbeda sekali. Dan media-media yang berada di bawah naungan bendera PT VARIAPOP GROUP adalah MAJALAH HIDAYAH (Sebuah Intisari Islam), PARAS (Wanita Islam), MUSLIMAH (Trend Remaja Islam), ANGGUN (Pengantin Islam), VARIASARI, DIDIK (Anak Islam), CHEF (masakan) serta BERITA INDONESIA yang khusus diedarkan di Malaysia. Jadi, TABLOID POP tidak ada di dalamnya. Dengan kata lain, jika seseorang menyandingkan atau bahkan menganggap bahwa majalah HIDAYAH saudara sekandung dengan TABLOID POP yang konon katanya media porno alias esek-esek, maka penilaian tersebut SALAH BESAR dan sangat tidak berdasar.
    Keempat, Pak Kyai Ali Yafie tentu bisa menilai tentang isi dan misi majalah HIDAYAH sebelum menjatuhkan sepakat untuk menjadi penanggung jawab rubrik Konsultasi Fiqh. Saya yakin, beliau tidak akan mau mengasuh rubrik ini jika kenyataannya HIDAYAH punya saudara media yang hanya mengumbar syahwat, TABLOID POP. Kalau pun tahu belakangan, beliau akan segera menyetop rubrik asuhannya. Tapi kenyataannya tidak demikian kan. Beliau tetap mengawal majalah Hidayah sebagai pengasuh rubrik konsultasi fiqh sudah lebih dari 33 edisi (hampir 3 tahun). Dan alhamdulillah hingga kini beliau masih setia menerima kedatangan saya tiap sebulan sekali, saat hendak mewawancarainya (dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari pembaca) yang akan dimuat di rubrik konsultasi fiqh.
    Demikianlah beberapa hal yang perlu diluruskan atas berita yang tidak mengenakkan ini. Jika penasaran, silahkan konfirmasi kebenarannya secara langsung ke redaksi Hidayah. Kepada penebar berita miring ini, kalau Anda punya nyali, silahkan datang ke kantor Redaksi HIDAYAH atau Perusahaan yang menerbitkan HIDAYAH. Kita bicara blak-blakan sejauhmana tuduhan Anda benar.
    Wassalamu’alaikum wr. wb
    Herry M (staf redaksi HIDAYAH)

    Balas
    • 28. mao masuk islam  |  Juni 10, 2010 pukul 6:36 pm

      bos no telpon nya ngarang dewek ya blm ada ralat seh

      Balas
  • 29. lenijuwita  |  September 20, 2006 pukul 2:55 am

    Syukurlah kalau tayangan di TV di stop, terimakasih banyak pada Pak Herry atas konfirmasinya.

    Balas
    • 30. legenda  |  November 4, 2012 pukul 6:52 am

      hati-hati dalam membuat analogi…shg pemutar balikkan fakta berdampak pendiskreditan thd korban dlm hal ini majalah Hidayah…..sy independen dlm hal ini…tp sy tergelitik untuk tulisan anda yg sensasional…..hati-hati dalam menulis….jng membuat fitnah….

      Balas
  • 31. puskodalops212  |  September 20, 2006 pukul 1:54 pm

    HIKMAH ORANG YANG BERANI
    Al Bazzar meriwayatkan dalam kitab Masnadnya dari Muhammad bin Aqil katanya, “Pada suatu hari Ali bin Abi Talib pernah berkhutbah di hadapan kaum Muslimin dan beliau berkata, “Hai kaum Muslimin, siapakah orang yang paling berani ?”
    Jawab mereka, “Orang yang paling berani adalah engkau sendiri, hai Amirul Mukminin.”
    Kata Ali, “Orang yang paling berani bukan aku tapi adalah Abu Bakar. Ketika kami membuatkan Nabi gubuk di medan Badar, kami tanyakan siapakah yang berani menemankan Rasulullah s.a.w dalam gubuk itu dan menjaganya dari serangan kaum Musyrik ? Di saat itu tiada seorang pun yang bersedia melainkan Abu Bakar sendiri. Dan beliau menghunus pedangnya di hadapan Nabi untuk membunuh siapa sahaja yang mendekati gubuk Nabi s.a.w. Itulah orang yang paling berani.”
    “Pada suatu hari juga pernah aku menyaksikan ketika Nabi sedang berjalan kaki di kota Mekah, datanglah orang Musyrik sambil menghalau beliau dan menyakiti beliau dan mereka berkata, “Apakah kamu menjadikan beberapa tuhan menjadi satu tuhan ?” Di saat itu tidak ada seorang pun yang berani mendekat dan membela Nabi selain Abu Bakar. Beliau maju ke depan dan memukul mereka sambil berkata, “Apakah kamu hendak membunuhorang yang bertuhankan Allah ?”
    Kemudian sambil mengangkat kain selendangnya beliau mengusap air matanya. Kemudian Ali berkata, “Adakah orang yang beriman dari kaum Firaun yang lebih baik daripada Abu Bakar ?” Semua jamaah diam sahaja tidak ada yang menjawab. Jawab Ali selanjutnya, “Sesaat dengan Abu Bakar lebih baik daripada orang yang beriman dari kaum Firaun walaupun mereka sepuluh dunia, kerana orang beriman dari kaum Firaun hanya menyembunyikan imannya sedang Abu Bakar menyiarkan imannya.”

    Balas
  • 32. dewo  |  September 21, 2006 pukul 5:22 am

    Padahal sejatinya, cerita yang dimaksudkan itu bagian kecil dari seluruh isi majalah Hidayah. Porsi untuk cerita-cerita yang baik (husnul khatimah) yang sama-sama bisa diambil iktibarnya juga cukup banyak. Belum lagi rubrik-rubrik lain yang sangat disenangi pembaca. Seperti: Kisah Kitab (rujukannya pada kitab-kitab klasik yang memuat kisah-kisah yang patut direnungi), Kisah Qur’an (kisah yang tidak asing lagi yang diinukilkan dari ayat-ayat al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir), profil dai (menampilkan dai-dai yang sudah malang melintang di tanah air), tokoh-tokoh Islam, Syiar (lembaga Islam yang lebih mengedepankan pengembangan keislaman), serta artikel-artikel keagamaan yang diminati banyak orang.
    Dan sejak sinetron-sinetron yang hampir sama dengan Hidayah menjamur di berbagai tayangan televisi yang keluar pakem dari Hidayah, dengan penyajian dan penggarapan yang justru bisa membuat citra kurang baik, Hidayah Indonesia sudah sejak lama menarik diri dari peredaran di televisi.

    Oh… cerita belatungnya masih tetap ada ya?

    Balas
  • 33. agus indra gunawan  |  September 21, 2006 pukul 7:30 am

    Terus terang, saya bukan pembaca setia majalah hidayah. Dan saya pun tak punya maksud untuk membela majalah Hidayah. Terlepas dari polemik mengenai apakah majalah Hidayah sama dengan tabloid POP. Saya sangat menyesalkan komentar beberapa teman yang menyebut majalah Hidayah adalah majalah belatung, majalah yang memperburuk citra islam atau apalah sebutannya…..Saya kira tuduhan itu amat sangat keji…Aku yakin tujuan dari di terbitkannya majalah Hidayah tak lain adalah untuk berdakwah. Dan berdakwah itupun harus fokus pada sasaran yang di tentukan. Mungkin teman-teman yang menganggap majalah Hidayah sebagai majalah Belatung adalah orang-orang yang tinggi ilmunya, sehingga cerita-cerita yang di sampaikan majalah Hidayah, tidak bisa terketuk. Atau paling tidak merasa bahwa cara untuk mengetuk pintu hati adalah bukan dengan cara seperti itu. tapi pernahkah sampeyan semua menyadari bahwa selain ada orang-orang yang sudah tinggi ilmunya seperti temen-temen semua, ada juga orang-orang yang tidak tinggi ilmunya-seperti halnya saya-sehingga untuk berdakwah tidak perlu dengan ayat ini,ayat itu. Hadis ini hadi itu, atau tafsir ini, tafsit itu. Atau pemikiran ini, pemikiran itu. Atau dll…Akan tetapi mereka akan lebih terketuk dengan kisah-kisah Hikmah, yang ada di sekeliling mereka…Dan itu akan lebih mengena dari pada dengan mendalili mereka dengan banyak ayat atau hadis. Dan itu, saya yakin menjadi tujuan Hidayah. Jadi temen-temen juga harus melihat segmen (orang-orang) yang menjadi Fokus dakwah Hidayah. Mereka adalah orang-orang awam seperi saya.
    Untuk pembuat blog, jangan sampai dengan tujuan agar Blognya lebih ramai, terus kemudian membuat sesuatu yang kotrofersial. Atau kalau memang ingin terkenal dengan membuat sesuatu yang kotroversial,janganlah menjelek-jelekkan pihak lain
    wassalam wr wb

    Balas
  • 34. wadehel  |  September 21, 2006 pukul 8:49 am

    Tidak semua manusia itu brilian, ada juga yang daya pikirnya tidak terlalu tinggi. Mereka ini tidak bisa diajak menjadi religius dengan dialektika ataupun ceramah-ceramah normal yang mengajak pada kesadaran. Manusia-manusia parah itu hanya bisa di bikin taat kalau diancam dan dibuat ketakutan. Misal dengan ancaman siksa setelah kematian.

    Nah, disinilah sabili dengan cerita-cerita “belatung”nya mengambil peran. Mereka juga sebenarnya mengajak pada kebaikan, tapi mungkin melalui cara yang tidak anda pahami. Kalau tidak cocok, ya memang anda bukan segmen pasar yang dituju oleh Sabili.

    Balas
  • 35. dude  |  September 24, 2006 pukul 6:25 pm

    Hey Aufklarung…

    Kamu bilang:
    —————
    Terlepas dari itu semua, saya pernah dengar jika rupa-rupa imajinasi siksaan, entah itu siksa kubur, atau siksa apapun yang tertanam di sebagian besar kepala umat islam Indonesia, tak lepas dari gambaran tentang siksaan yang datang pra-Islam (ajaran Budha atau Hindu barangkali) yang telah lebih dulu mengakar dan turun-menurun serta terserap dalam ajaran Islam.
    —————

    Elo kalau ngomong, crosscheck dulu. Loe “ngelemparin” belatungisme itu ke Hindu / Budha. Hah! Kayaknya ini kebiasaan orang islam wahabi deh.

    Gw hindu, dan gak pernah ada dalam ajaran gw hal2 model cerita2 hidayah punya loe itu. Loe tanya orang2 hindu kebanyakan, loe gak bakal ngedapetin mindset sorga/neraka bercokol dalam di kepala mereka. Sebabnya: kami lebih meyakini konsep karmaphala dan reinkarnasi…. yang, tentu saja, menurut kami lebih masuk akal dan adil. Surga / neraka itu cuma tempat transit sementara sebelum masuk ke siklus reinkarnasi berikutnya.

    I don’t think we’re worried too much about what we’re going to experience in hell (or even less in heaven, of course). People go to _both_ hell and heaven (kalau merujuk ke kisah Yudhistira, dimana ia sempat harus mengujungi neraka). So every single deed counts. Gak ada istilah score kumulatif, yang outputnya biner: surga atau neraka.

    Karena itu cerita2 mengenai surga / neraka gak mendapat tempat yang cukup banyak dalam alam pikiran orang2 hindu. Yang dipikirkan justru segala konsekuensi (buah karma / karmaphala) yang masih harus ditanggung ketika terlahir kembali (life = struggle = learning).

    Anyway, kebanyakan juga gak terlalu mikirin terlalu jauh ke sono. Yang penting gimana menjalani hidup yang sekarang sebaik-baiknya, udah cukup susah. Gak ada waktu buat meng-khayal terlalu banyak mengenai “imbalan” setelah “mati”.

    Justru gw tau cerita mengenai orang (di alam “baka”) terseret di sungai penuh nanah, lidah dipotong, atau dilempari batu oleh orang2 yang dihutangi semasa hidup, dari buku2 pelajaran yang terkait dengan agama islam yang gw lihat waktu SMP (gw SMP di Bandung) — khususnya dari buku pelajaran bahasa Sunda.

    Balas
  • 36. Muhammad Iis  |  September 26, 2006 pukul 2:00 am

    para sahabat yang dimulyakan Alloh s.w.t
    saya baru pertama kali gabung karena saya sangat butuh informasi yaitu :
    saya pernah beli majalah paras atau anggun saya lupa di situ ada iklan pengobatan untuk kulit ( noda hitam bekas luka ) , saya sangat butuh sekali saya sudah cari di tukang majalah dimana mana tidak menemuknnya, tolong yah saya butuh nomor telpon iklan tersebut,
    terim kasih.

    iis

    Balas
  • 37. ackie  |  September 26, 2006 pukul 5:41 am

    kalau memang ada manfaatnya, mau dari majalah hidaya, hikayat sufi, atau apapun ambil aja.
    Tokoh-tokoh yang berbicara sprt KH. Alie Yafie dll, saya pikir cukup hati-hati untuk menerima menjadi nara sumber..

    Balas
  • 38. Bidu  |  September 28, 2006 pukul 3:28 am

    Mungkin benar apa yang dibilang salah seorang di atas bahwa Hidayah harus bisa atau mau merubah cara penyajian beritanya. Majalah merupakan prodak dari jurnalistik yang memiliki aturan-aturan sendiriuntuk pemberitaannya. Ada syarat khusus bila ingin memakai sumber-sumber anonim.

    Gampangnya mengapa kita harus menghindari pemakaian sumber anonim adalah agar, pemberitaan kita bertanggung jawab dan bisa dipercaya oleh khalayak.

    nah, kalau Hidayah ingin dipercaya, kenapa tidak mulai dari sekarang untuk tidak memakai lagi sumber anonim?

    Untuk masalah Saudara kandung dengan majalah Pop, saya hanya berkomentar ‘tak semua buah dipohon busuk”.

    Salam Hangat,
    Bidu

    Balas
  • 39. diana  |  Oktober 1, 2006 pukul 4:26 am

    yuuppp .. . ..bener banget tuch …gue juga punya pendapat yang sama , majalah hidayah and yang kemudian dibuat sinetronnya kok malah membuat kesan kalo islam tuh jadi agama yang ” Tuhannya ” tega banget ngasih hukuman yang sadis2 kepada umatnya yang melakukan kesalahan, yang gue takutin justru nantinya manusia-manusia yang menonton jadi taat beribadah bukan karna Tuhannya tapi karna takut sama siksaan2 yang bakal diterima, jadi kok kesannya yang lebih ditakuti itu siksaannya ya and bukan Tuhannya ? malah .. seorang teman gue non muslim sempat bertanya . .” mbak , islam itu memang kalo menghukum umatnya yang bersalah selalu dengan siksaan2 horor gitu ya ? apa nggak bisa memberikan hukuman dengan kasih ? ” kalo udah kayak gini siapa dong jadinya yang salah kalo ada pihak2 lain yang memandang jelek terhadap islam ????

    Balas
  • 40. sandynata  |  Oktober 2, 2006 pukul 6:57 am

    jadi rame nih! 😀

    Balas
  • 41. edi P.  |  Oktober 4, 2006 pukul 5:40 am

    assalammu’alaikum…..

    Jagalah hati jgn kau kotori…
    jagalah hati lentera hidup ini…

    Dari pada debat2 mending introspeksi diri masing2 deh…
    Baca yang pasti2 aja , ….
    mo tau islam baca qur’an , kalo bingung tinggal tanya ama
    yang “ngejagainnya sampe akhir zaman”.

    insya allah ini dulu deh, ya kalo yang salah tinggal tunggu
    akibatnya aja, la orang semua kita sudah dikasih kepala dah hati buat dimanfaatin.

    wassalammu’alaikum……

    Balas
  • 42. abdulrozaq  |  Oktober 6, 2006 pukul 8:12 pm

    ya semoga Allah selalu menunjuki hidup kita dan selalu menjaga iman kita.

    Balas
  • 43. Al_Haris  |  November 27, 2006 pukul 8:38 am

    Salamu’alaikum

    Duuh, manusia memang makhluk yang paling pintar. Punya akal pikiran, perasaan, hati nurani. Tapi Allah SWT yang Maha Dahsyat Maha Pintarnya dari manusia, tau isi otak kita semua, tau isi hati kita, tau niat awal kita. Duuuh kenapa kita mesti pusing, kenapa mesti terganggu. Dari seorang pelacur pun kita bisa memetik hikmah. Duuh Gusti Allah tidak akan pernah berkurang kebesarannya seatompun walau banyak manusia merasa pintar yang mengkerdilkannya. Intan akan tetap berupa intan walau dalam lumpur. Bangkai akan tetap berbau busuk walau ditutupi. The third Izzatul Islam, coming from INDONESIA, amin..
    Salamu’alaikum

    Balas
  • 44. dedi  |  Januari 25, 2007 pukul 4:44 am

    Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, bila ternyata ini benar,jelas sebuah penipuan!!!! penipuan!!!! Benar atau tidaknya harus tetap waspada!!! memang saya sempat curiga….ko terlalu berlebihan isi muatan ceritanya…Bahkan saya sendiri pertama lihat majalah hidayah sudah meragukan kebenaran kandungannya, walau memang sangat fantastik kemunculannya, hingga keluarga saya pun gemar membacanya, tapi tetap saya beri peringatan agar jangan menelan mentah2 cerita tentang, “belatung keluar dari tubuh mayat, ikan pari, air dalam kubur, keluar ulat dari mulut,dll,dll,dll yang ga jelas dari mana datangnya cerita itu…TERLALU BERLEBIHAN BAHKAN TDK MASUK AKAL, lapipula mungkin kalau ditanya dari mana cerita ini??? bisa jadi jawabnya dari si anu (ga tau orgnya yg mana??? atau bahkan dibuat2!!!) Sudahlah jelas kalau maksud penerbitannya hanya ingin mengambil untung dari keberadaan umat islam yang mayoritas….(mungkin karena lagi “booming” majalah islam jadi hidayah “belatung” mau ikut2an ambil untung ya???) Wah KACAU BELIAU UMAT INI NANTINYA!!! Kalau mau benar2 Islami coba dong penerbit dan pengurus serta cover majalah dan muatannya harus ISLAMI jg!!!
    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari majalah ini;
    1.Memanfaatkan mayoritas umat Islam yang senang sesuatu yang berbau mistis..bukan mengarahkan, mendidik malahan menjerumuskan mereka dengan cerita yang tidak jelas.
    2.Banyak gambar wanita yang pakai jilbab tapi tidak benar memakainya!!! lihat saja , gambar2nya dibuat semenarik mungkin, contoh ;seorang wanita berjilbab, tapi maaf bagian dadanya dibiarkan terurai melukiskan apa yang ada di dadanya!!! sering gambar seperti ini muncul dalam majalah “belatung” ini.
    2.Muatan isi keagamaannya sangat lemah, visi misinya tdk jelas, asal muncul aja….coba deh perhatikan materinya kadang membahas “manfaat nishu sya’ban, baca yassin malam jumat, amalan-amalan baca surat ini itu yang tidak jelas juntrungannya dari mana hadisnya??? Jadi materi yang sebenarnya Rasul tidak lakukan malah dibahas disini…wah ini sih menesatkan!!!
    3.Memang kadang ada pakar yang benar2 kompeten mengisi majalah “belatung” ini tapi tidak sering, jadi hanya memanfaatkan mereka aja..supaya di bilang majalah islam..
    4.Kru majalah ini juga saya ngga yakin kalau akhlaq dan prilakunya islam…coba aja foto2 pada beberapa acara mencerminkan prilaku yang tidak mendidik..
    5.Mohon jangan bohongi umat Islam…jadilah majalh Islam yang benar2 mendidik dan mengarahkan!!! Jangan campurkan majalah “Islam” dengan ”
    “majalah mesum”..”Wala talbisul haqqo bilbathil,jangan campur adukkan antara yang HAQ dengan yang BATHIL” bahkan “Wataktumul HAQQ wa antum ta’lamun, janganpula sembunyikan yang HAQQ sedang kamu mengetahui”
    6.Bagi masyarakat Islam berhati2lah memilih majalah Islam, apalagi tidak jelas siapa di balik majalah itu??apakah mereka ingin menghancurkan Islam????atau memang mereka ngga paham Islam sehingga membuat majalah dan membuat cerita seenaknya saja, yg penting dapat keuntungan??
    7.Kalau sudah benar2 jelas dan yakin majalah “Belatung, serangga, dll” ini bersaudara dengan majalah mesum!!! MAKA BOIKOT!! Jangan beli!!!!
    Supaya selamat dunia akhirat.
    8.Masih banyak komentar saya tapi sementara cukup dulu…tolong ya majalah “Belatung” jangan bohongi kami Umat Islam, Adzab Allah sangat pedih!!Saudara/i muslim yang terlibat didalamnya..bertobatlah, keluar dan terbitkan majalah Islam yg lebih baik…halalkah rizqi anda bila mendapatkannya dengan cara mengotori umat Islam??

    Balas
  • 45. dedi  |  Januari 25, 2007 pukul 4:51 am

    Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, bila ternyata ini benar,jelas sebuah penipuan!!!! penipuan!!!! Benar atau tidaknya harus tetap waspada!!! memang saya sempat curiga….ko terlalu berlebihan isi muatan ceritanya…Bahkan saya sendiri pertama lihat majalah hidayah sudah meragukan kebenaran kandungannya, walau memang sangat fantastik kemunculannya, hingga keluarga saya pun gemar membacanya, tapi tetap saya beri peringatan agar jangan menelan mentah2 cerita tentang, “belatung keluar dari tubuh mayat, ikan pari, air dalam kubur, keluar ulat dari mulut,dll,dll,dll yang ga jelas dari mana datangnya cerita itu…TERLALU BERLEBIHAN BAHKAN TDK MASUK AKAL, lapipula mungkin kalau ditanya dari mana cerita ini??? bisa jadi jawabnya dari si anu (ga tau orgnya yg mana??? atau bahkan dibuat2!!!) Sudahlah jelas kalau maksud penerbitannya hanya ingin mengambil untung dari keberadaan umat islam yang mayoritas….(mungkin karena lagi “booming” majalah islam jadi hidayah “belatung” mau ikut2an ambil untung ya???) Wah KACAU BELIAU UMAT INI NANTINYA!!! Kalau mau benar2 Islami coba dong penerbit dan pengurus serta cover majalah dan muatannya harus ISLAMI jg!!!
    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari majalah ini;
    1.Memanfaatkan mayoritas umat Islam yang senang sesuatu yang berbau mistis..bukan mengarahkan, mendidik malahan menjerumuskan mereka dengan cerita yang tidak jelas.
    2.Banyak gambar wanita yang pakai jilbab tapi tidak benar memakainya!!! lihat saja , gambar2nya dibuat semenarik mungkin, contoh ;seorang wanita berjilbab, tapi maaf bagian dadanya dibiarkan terurai melukiskan apa yang ada di dadanya!!! sering gambar seperti ini muncul dalam majalah “belatung” ini.
    2.Muatan isi keagamaannya sangat lemah, visi misinya tdk jelas, asal muncul aja….coba deh perhatikan materinya kadang membahas “manfaat nishu sya’ban, baca yassin malam jumat, amalan-amalan baca surat ini itu yang tidak jelas juntrungannya dari mana hadisnya??? Jadi materi yang sebenarnya Rasul tidak lakukan malah dibahas disini…wah ini sih menesatkan!!!
    3.Memang kadang ada pakar yang benar2 kompeten mengisi majalah “belatung” ini tapi tidak sering, jadi hanya memanfaatkan mereka aja..supaya di bilang majalah islam..
    4.Kru majalah ini juga saya ngga yakin kalau akhlaq dan prilakunya islam…coba aja foto2 pada beberapa acara mencerminkan prilaku yang tidak mendidik..
    5.Mohon jangan bohongi umat Islam…jadilah majalh Islam yang benar2 mendidik dan mengarahkan!!! Jangan campurkan majalah “Islam” dengan ”
    “majalah mesum”..”Wala talbisul haqqo bilbathil,jangan campur adukkan antara yang HAQ dengan yang BATHIL” bahkan “Wataktumul HAQQ wa antum ta’lamun, janganpula sembunyikan yang HAQQ sedang kamu mengetahui”
    6.Bagi masyarakat Islam berhati2lah memilih majalah Islam, apalagi tidak jelas siapa di balik majalah itu??apakah mereka ingin menghancurkan Islam????atau memang mereka ngga paham Islam sehingga membuat majalah dan membuat cerita seenaknya saja, yg penting dapat keuntungan??
    7.Kalau sudah benar2 jelas dan yakin majalah “Belatung, serangga, dll” ini bersaudara dengan majalah mesum!!! MAKA BOIKOT!! Jangan beli!!!!
    Supaya selamat dunia akhirat.
    8.Masih banyak komentar saya tapi sementara cukup dulu…tolong ya majalah “Belatung” jangan bohongi kami Umat Islam, Adzab Allah sangat pedih!!Saudara/i muslim yang terlibat didalamnya..bertobatlah, keluar dan terbitkan majalah Islam yg lebih baik…halalkah rizqi anda bila mendapatkannya dengan cara mengotori umat Islam??
    9.Terus terang sangat jarang bahkan sangat sedikit saya mengambil materi dari majalah ini, klaupun saya harus sam,paikan pada orang lain karena materinya/ulasannya biasa aja..

    Balas
  • 46. defit  |  Februari 5, 2007 pukul 9:24 am

    saya ingin semuanya jelas, tidak ada informasi yang sesat dan menyesatkan. tolong bagi semua orang yang punya bukti dan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan agar membawa kasus ini ke pengadilan ! karena ini sama saja dengan pencorengan ajaran islam.

    Balas
  • 47. Jay  |  Maret 4, 2007 pukul 1:33 pm

    Maaf, mungkin saya hanya orang biasa yang ingin memberikan sedikit komentar terhadap komentar-komentar saudara-saudara semuanya terhadap majalah hidayah. Komentar saya, ambillah pelajaran yang berharga dari cerita-cerita yang telah dikisahkan oleh majalah hidayah untuk dijadikan pelajaran bagi kita-kita didalam melakukan kegiatan kita sehari-hari. Bukannya saya ingin membela majalah Hidayah, sungguh jika tabir penglihatan kita dan segala rahasia yang ada di alam ini dibukakan Allah kepada kita, maka pertannyaan-pertannyaan yang timbul dalam diri kita terhadap Peristiwa-peristiwa yang dikisahkan didalam Majalah Hidayah akan terjawab sendirinya. Sungguh jika Allah berkehendak terhadap sesuatu maka “Kun Fayakun” maka Jadi-Lah. tidak ada sesuatu yang mustahil bagi Allah untuk melakukan sesuatu, Ingatlah saudara-saudara peristiwa yang dikisahkan didalam Hidayah itu hanyalah sebagian kecil dari rahasia Allah yang dibukakan kepada saudara-saudara sekalian untuk diambil hikmahnya, Janganlah heran karena kisah didalam Hidayah banyak yang tidak masuk akal dalam pikiran anda, tetapi terimalah dengan hati sanubari anda. Saya contohkan satu kejadian yang sering terjadi didalam kehidupan kita sehari-hari kita, Pernahkah anda memikirkan terjadinya manusia secara detail, manusia terbentuk dari pertemuan sel sperma dan sel ovum yang mengalami proses menjadi segumpal darah dan setelah 40 hari menjadi cikal bakal manusia dengan ditiupkan ruh kedalam segumpal darah oleh Allah, kalau kita pikirkan secara akal tentang ruh maka kita lama-lama bisa gila, karena kita hanya diberikan sedikit ilmu oleh Allah tentang ruh. dimana sedikit ilmu tentang ruh tersebut dapat kita cari didalam Al Quran, jika kita pikirkan lagi ruh itu sendiri adalah sedikit rahasia Allah yang dibukakan kepada kita didalam Al Quran. maka janganlah heran atas kisah-kisah yang ada didalam majalah Hidayah karena kisah tersebut adalah sedikit rahasia Allah yang dibukakan kepada kita untuk diambil hikmahnya. Mungkin hanya ini saja komentar yang bisa saya sampaikan. Selanjutnya terserah saudara-saudaraku sekalian untuk menerimanya atau tidak, Semoga Allah selalu menjaga orang-orang yang berada dijalannya. Amin.

    Balas
  • 48. eno  |  Maret 25, 2007 pukul 8:48 pm

    finalnya gimana nih?

    Balas
  • 49. eno  |  Maret 25, 2007 pukul 9:00 pm

    memang sangat disesalkan adanya tayangan2 teve yang sangat2 tidak mendidik masyarakatnya.Gak tau kenapa pemerintah membolehkan adanya tayangan2 seperti itu dan memang hanya pribadi masing2 yang dapat menyaring semuanya,tapi kaaaaan LEBIH BAIK MENCEGAH DARIPADA MENGOBATI.

    Balas
  • 50. Fino  |  April 23, 2007 pukul 4:52 am

    Sebelum berkomentar aku mau tanya dulu pemilik blog ini islam atau non islam. Kalau anda non islam lebih baik sudahi kritik anda, karena ada beberapa hal yang anda belum pahami dalam agama islam, pelajari lebih dalam agama islam baru berkomentar. Sementara jika anda muslim (orang islam) lebih baik anda mengambil hikmah dari cerita-cerita hidayah. karena saya fikir kisah2 ini jauh lebih baik ketimbang cerita2 hantu, penampakkan dan penangkapan hantu, atau cerita semacamnya yang jelas tidak ada faedah apa2 untuk kita. Sementara kisah2 dimajalah hidayah (dibalik cerita itu benar atau tidak) adalah suatu PERINGATAN utk kita agar kita tidak terjerumus dalam gelimpangan dosa. Karena banyak orang yang mengatakan “Ah kita berbuat dosa aja toh dosa gak kelihatan ini” mungkin majalah hidayah bermaksud memperingatkan kita bahwa dosa sekecil apapun akan ada balasannya. Mengenai beberapa orang pendosa tapi tidak diazab laksana cerita2 di majalah hidayah, itu wallahu a’lam (karena kita tidak dapat menilai dengan mata kepala kita bahwa yang ia perbuat adalah dosa di mata Allah). Adapun soal majalah hidayah itu adalah saudara kandung dari tabloid pop (tabloid porno) itu semata-mata hak mereka, toh dosa mereka yang tanggung kok tak usah diperpanjang. yang terpenting ingatlah pepatah “EMAS MESKI KELUAR DARI MULUT ANJING SEKALIPUN TETAP EMAS” jika cerita2 di majalah hidayah dapat membantu anda mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan diri dari Perbuatan Dosa maka ITU ARTINYA MAJALAH HIDAYAH TELAH MENGELUARKAN EMAS untuk ANDA …

    Balas
  • 51. goddebris  |  Juni 6, 2007 pukul 3:37 am

    Seberapa personalkah Tuhan? Apakah Tuhan itu milik aku seorang diri atau milik semua? Apakah pengalaman spiritualitas (menurut pengertian terbatas dari yang mengalami) layak disebarkan? Bukankah lebih indah menjadi petunjuk buat diri sendiri? Apakah keselamatan seluruh umat manusia menjadi tanggungan Muhammad Rasullah dan umatnya seperti yang di tanggung Yesus Kristus? Seperti Bhuda yang menyampaikan jalan Enlightment? Ataukah Khrisna yang mengajarkan akhir dari siklus reinkarnasi? Tidakkah semua itu kembali pada pemahaman sendiri? Apakah keyakinan seseorang menjadikan dirinya wajib untuk disiksa? Apakah kita telah lepas dari kecemburuan egoisme terhadap Tuhan ummat lain? Bukankah ajaran untuk mereka yang percaya? Dan Newton, Einstein, Feyman dan Hawking tidak cukup mengajarkan tentang kebenaran yang tidak dipaksakan akan mampu membuktikan dirinya sendiri? Tidakkah Radar, Laser, Televisi dan Pesawat terbang antar benua mengajarkanmu tentang kebenaran? Bukankah kezaliman selalu diteriakkan dan dibela dengan pedang? Sementara kebenaran hanya tertulis pada kertas yang tipis namun membawa dunia pada kebaikan? Bukankah kebaikan itu sendiri adalah kebenaran yang paling hakiki pada akhirnya? Cukuplah dengan kebaikan kebenaran itu menjadi nyata.

    Balas
  • 52. donny  |  Juli 30, 2007 pukul 8:18 am

    saya setuju dengan pendapat saudara JAY..saya juga pernah baca majalah Hidayah tapi saya terima dengan baik isi ceritanya dan alhamdulillah membikin saya untuk selalu ingat akan kematian.kalo menurut saya yang awam bentuk cerita tentang “siksa”yang digambarkan dlm majalah hidayah bukanlah “TEROR”.dan saya yakin kalo seluruh umat islam percaya akan adanya siksa dan azab Alloh SWT
    kalo tayangan di tv yg ga BERMUTU dan menghancurkan akhlak manusia itu bukan tayangan seperti yg saudara2 maksud(belatung ,dst…)justru kalianlah yg ga sadar,bagaimana menurut kalian tentang Sinetron2,film2 layar lebar baik produksi dalam maupun luar negri yg selalu menghiasi di televisi kita,yg kebanyakan tentang percintaan anak anak muda,gaya hidup yg tdk sesuai dgn gaya hidup umat islam,etika berpakaian, dan masih banyak lagi tentunya..
    itu malah bisa merusak AKHLAK MANUSIA.
    masa dinegara yang mayoritas agama islam malah film2,majalah dan media lainnya menampilkan tayangan/gambar/cerita yg jelas jelas tdk layak disuguhkan untuk umat islam .
    coba saudara perhatikan dampak dr film2 dan tayangan yg ga bermutu lainnya,kaum perempuan khususnya anak anak remaja sekarang dari berpakaian aja udah ga sesuai dgn syariat islam ,mungkin karna mencontoh cara berpakaian si “bintang pujaannya”seolah olah menjadi trend di jaman modern ini..belum lagi pergaulan bebasnya….WALLAAAAHH malah yg gini musti kita boikot bukan cerita “belatung yg keluar dari perut,dsb…”,ANEH….
    kalo kalian pernah dengar ceramah UST.ROCHMAT SYARIFUDIN H.(beliau seorang mantan ketua Misionaris di indonesia)yg lebih tau akan sgala usaha,cara,strategi NASRANI dlm misi pemurtadan umat islam di indonesia,coba dech kalian denger pengakuannya,cari ketemen kalo ga punya cd nya atau cari di internet via http://WWW.YOUTUBE.COM dll…
    ini NYATA bukan hanya KATANYA,
    mohon maaf lahir bathin jika ada kata2 yg kurang berkenan ..
    Wassalamu’alaikum wr.wb

    Balas
  • 53. popot bandung  |  Juli 30, 2007 pukul 8:45 am

    majalah yang harus UMAT ISLAM boikot,HANCURKAN DAN DIBINASAKAN mah majalah porno seperti PLAYBOY,POP,POPULAR dan sejenisnya bukan majalah hidayah yg dianggap oleh orang orang dgn pemahaman yg ga sehat..
    masalah dari penerbit PT VARIA POP GROUP atau PT VARIA POP NUSANTARA ,itu kita serahkan ke MUI untuk menge-check kebenarannya,kalaupun memang majalah hidayah dan pop satu penerbit benar adanya pasti MUI pun ga akan diam saja,dan saya pribadi pun mendukung untuk membinasakan majalah tersebut.
    pesan saya, umat islam jgn terpancing oleh hal hal yang akan menjadikan perpecahan diantara umat islam.kedepankanlah persamaan diantara umat islam jgn ngedepankan sgala perbedaannya…
    terima kasih
    wassallam,

    Balas
  • 54. donny akbar  |  Juli 30, 2007 pukul 9:34 am

    Dalam dunia tulisan maupun film fiksi, ‘tuhan’ dari lakon cerita adalah pengarangnya. Dialah yang membuat alur dan nasib masing-masing tokoh dan lakon. Pengarang bisa saja menampilkan seorang manusia yang awalnya sangat jahat, akhirnya menjadi taat. Atau dahulunya sangat taat, akhirnya bejat. Bisa pula menampilkan tokoh super hebat dan lebih sakti dari para Nabi. Dari sisi inilah barangkali fiksi banyak diminati, karena alur dan warna cerita bisa sangat variatif. Cerita bisa pula dibuat menarik dengan mengambil back ground waktu dan tempat yang beragam. Bisa lintas generasi atau bahkan lintas alam.

    Mempertemukan antara tokoh wayang Gatutkaca dengan tokoh fiktif Superman pun tidak mustahil. Atau para pendekar muslim melawan monster. Hal-hal aneh yang tak jauh dari itulah yang ditampilkan di sinetron “islami’ fiksi di Televisi.

    Memang menarik, tetapi isinya adalah kedustaan. Nabi melarang berdusta untuk membuat orang-orang tertawa,

    وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
    “Celakalah orang yang bercerita lalu dia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa, celakalah ia..celakalah ia.” (HR Abu Dawud)

    Wallahu a’lam, karena ‘illat dari larangan tersebut adalah kedustaannya, bukan karena lucunya, maka membuat kedustaan supaya orang menangis, takut atau gembira juga dilarang.
    Apalagi, beberapa di antaranya jelas-jelas mengandung khurafat atau kesyirikan. Seperti seorang ustadz yang memakai biji tasbih sebagai jimat. Dari tasbih keluar huruf-huruf hija’iyyah atau bisa meledak. Ini sanga lazim nongl di TV. Padahal Nabi bersabda,

    إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
    “Sesungguhnya jampi, jimat dan pelet adalah kesyirikan.” (HR Ibnu Majah, Ahmad)

    Kisah Nyata yang Menakut-nakuti

    Seorang Nasrani pernah berkata kepada seorang ustadz, “Ustadz, saya takut masuk Islam!”, Sang ustadz bertanya, “Kenapa?”, Dia menjawab, “Takut kalau mati nanti seperti di sinetron-sinetron itu.” Takut, kalau masuk Islam nanti kuburannya berasap, jenasah penuh belatung, jenasah bisa terbang, kuburan penuh air dan peristiwa mengerikan lain. Ketakutan itu tidak berlebihan, bukankah seluruh sinetron itu menceritakan tentang orang Islam? Selalunya bicara tentang jenasah terbungkus kain kafan? Bukan berjas, bersalib atau yang sudah jadi abu?

    Pada sisi lain, meskipun diangkat dari kisah nyata, sebagai kelengkapan cerita menuntut adanya tambahan dan rekayasa kejadian, nama maupun tempat. Unsur melebih-lebihkan dari kejadian sebenarnya jelas ada. Karena tanpa bumbu ini, cerita menjadi hambar, kurang dramatis.

    Seringkali tuntutan skenario juga mengharuskan pemeran wanita menampakkan auratnya. Pemeran pelacur pun tampak persis dengan pelacur, baik pakaian maupun cara merokoknya. Apakah seperti ini mengharapkan penonton bertaubat, sedangkan pemainnya saja belum bertaubat? Anda saja mereka sudah bertaubat, tentu tak sudi main seperti itu. Karena tuntutan skenario bukanlah udzur yang bisa diterima secara syar’i sehingga wanita boleh buka-bukaan. Bukan pula udzur sehingga diperbolehkan seorang muslim bermesraan dengan wanita yang bukan istrinya, apalagi dilihat banyak orang. Jelas ini menyebarkan kemaksiatan, terang-terangan dalam bermaksiat. Padahal Nabi bersabda,

    كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ
    “Setiap umatku diampuni, kecuali mujahirin (yang terang-terangan melakukan dosa).” (HR Bukhari)

    Di samping kebenaran cerita perlu dipertanyakan, kesimpulan dan pengambilan ibrah juga seringkali gegabah. Untuk satu kejadian mengerikan dikaitkan dengan dosa tertentu. Misalnya kuburan yang tergenang air, lalu dikaitkan dengan dosa si mayit. Ini berbahaya, bisa menimbulkan su’uzhan kepada mayit yang mengalami hal serupa. Padahal bisa jadi karena sifat tanah mengandung banyak air.

    Atau kuburan keluar asapnya, lalu dikaitkan dengan perselingkuhan yang pernah dilakukan si mayit. Dikhawatirkan ketika ada kejadian yang kurang wajar, lalu dicari sisi dosa dan dibesar-besarkan sebagai bumbu cerita.

    Sebaik-baik Kisah

    Memang, kisah adalah sarana penting diterimanya dakwah. Tetapi tak perlu mengibuli umat untuk mendakwahi mereka. Untuk itulah Nabi tidak pernah bercerita kecuali yang benar. Jika ingin berkisah, maka sebaik-baik kisah adalah kisah yang dipaparkan di dalam Al-Qur’an. Datanya akurat, tidak ada kedustaan di dalamnya. Pelajaran yang bisa dipetik juga telah tergambar jelas. Misalnya tentang siksa bagi kaum Luth, di mana bumi di balik, mereka dihujani batu sampai mati, itu karena dosa homoseks yang mereka lakukan. Atau Qarun yang ditenggelamkan ke bumi beserta kekayaannya, itu karena kesombongannya.

    Hadits-hadits juga menyebutkan banyak kisah-kisah menarik dan dijamin asli, bukan fiksi. Kisah-kisah yang ditulis para ulama tentang ulama, atau tentang generasi salaf juga sangat bagus sebagai sarana untuk memotivasi diri untuk senantiasa istiqamah.

    Walhasil, bagi yang sudi menggali karya para ulama tentang kisah-kisah nyata yang bermanfaat, niscaya dia akan merasa cukup, tanpa harus mencari kisah-kisah yang mengada-ada. Wallahu a’lam (Abu Umar A/majalah Ar-Risalah)

    Balas
  • 55. Fino  |  September 20, 2007 pukul 2:49 am

    Untuk saudara Fino, yang dimaksud oleh pemilik blog ini bukanlah mau mengkritik agama Islam melainkan majalah Hidayah. Seperti saudara katakan “pelajari dulu baru berkomentar” nah sekarang anda seharusnya yang membaca dulu , pelajari, dan baru berkomentar.

    Balas
  • 56. bar2  |  Maret 8, 2008 pukul 2:50 am

    Rasae emang islam gk masuk akal masa bikin film ma majalah yg murahan sekali

    Balas
  • 57. AKhiy  |  Maret 24, 2008 pukul 4:01 am

    Saya setuju apa uang di tulis Saudara “Dony akbar”
    Dia berkata berdasar Dalil bukan akal dan hawa nafsu.

    Buat majalah Hidayah : Mengapa tidak menampilkan kisah-kisah dalam Al-Qur’an atau yang dikisahkan oleh Nabi Muhammad yang dijamin kebenaran-nya.

    Balas
  • 58. AKhiy  |  Maret 24, 2008 pukul 4:02 am

    Saya setuju apa yang di tulis Saudara “Dony akbar”
    Dia berkata berdasar Dalil bukan akal dan hawa nafsu.

    Buat majalah Hidayah : Mengapa tidak menampilkan kisah-kisah dalam Al-Qur’an atau yang dikisahkan oleh Nabi Muhammad yang dijamin kebenaran-nya.

    Balas
  • 59. Pusaka Islami Team  |  Mei 22, 2008 pukul 1:32 pm

    Allahu Akbar…Allahu Akbar
    Semoga apa yang tersamar menjadi nampak.
    Semoga yang kabur menjadi jelas
    Mari saudara……
    Kencangkan tangan kita dalam berpegangan, perkuat pendengaran kita, pertajam penglihatan kita supaya menjadi jeli.

    Wahai saudara-ku….selalu ingat apa yang terjadi pada diri nabi ketika orang Yahudi mencoba membunuh nabi dengan cara yang hampir halus dan kasat mata.
    Cobalah sekarang…. membuka mata agar gajah yang dipelupuk mata terlihat oleh kita…!!

    Allahhu Akbar…. Allahu Akbar

    Balas
  • 60. mena  |  Juni 12, 2008 pukul 5:19 am

    Hey penulis blog ini dan semuanya….jangan berprasagka buruk pada majalah hidayah sebelum kalian cermati lebih dalam isi dari majalah itu. Saya percaya tak ada yang tak mungkin!! Bahwa cerita dimajalah hidayah itu terjaga kebenarannya!! Sedangkan yang di TV saya setuju banyak yang menyimpang, terlebih redaksi majalah hidayah sendiri bilang telah lama tak kerjasama dengan pihak TV!! Saya bilang begitu karena kluarga saya sendiri mengalami kejadian yang tak masuk akal, seperti yg banyak kalian sangkakan pd hidayah klo cerita itu bohong semua!! Kejadian ini th.1999 ketika wafatnya kakek saya di kota Magelang Jawa Tengah. Tapi ini kejadia nyata yg wafat dlm rido Alloh. Kakekku seorang kyai dan ahli masjid seumur beliau hidup ketika akan meninggal beliau sudah wanti-wanti atau memberi tanda, pas hari itu jum’at ketika saudara sepupuku meninggal dunia, waktu itu kakek bilang pada ayahku, dan aku juga ada waktu itu didekat ayahku..kakek bilang “aku besok hari jum’at”. kami semua sadar itu suatu pertanda karena memang kakek umur sudah uzur. Ternyata seminggu kemudian kakek benar-benar wafat dlm keadaan tenang seperti tidur..saat akan dimakamkan dlm rombongan jenazah kebetulan waktu itu aku dibelakang iring-iringan keranda jenazah..tapi aku tertinggal jauh. Iring-iringan itu serasa berlari… Nah teman-teman moga kisah nyata ini bisa jd masukan ke otak kalian bahwa tak ada seseuatu yg tak mungkin terjadi, apalagi bagi orang yg dirahmati Alloh atau pun yg dimurkai Alloh dengan kejadian aneh yg mungkin terjadi karena suatu dosa mereka. Kisah ini benar nyata pd kakekku sendiri kira-kira 9 thn lalu

    Balas
  • 61. yudha  |  Agustus 14, 2008 pukul 12:18 pm

    wah,,masak majalah HIDAYAH dituduh penyebar islam belatung..pertama,karena kejadian itu bisa jadi iktibar buat kita so jadi kita ga akan mau melakukan perbuatan yang dilaknat ALLAH SWT,,kedua,sumber dari berita itu sangat bisa dipercaya.Majalah HIDAYAH pun memuat kisah2 lain yang sangat mendidik misalnya,,iktibar,profil dai,setetes hidayah dll..sebagai pembaca yang sudah berlangganan selama kurang lebih 3 tahun saya merasa puas membaca HIDAYAH,,membuat rasa cinta kita kepada ALLAH SWT kian tebal…amin

    Balas
  • 62. zuhruf  |  September 4, 2008 pukul 7:05 am

    Majalah Hidayah sangat bermanfaat untuk dunia umat Islam lepas pro dan kontra itu sah-sah saja, saudara-saudara kita baik yang di Indonesia maupun luar negeri Hongkong, Singapura, Malaysia, Arab dst.tertarik membaca Majalah Hidayah kok … Dan mohon Hidayah edisi yang dimuat dari perdana hingga sekarang jangan diubah-ubah formatnya seperti corak salafiyah perlu dipertahankan dan berita yang berimbang mengulas hal-hal khurafat. Hidayah baik sebagai guru bagi saudara kita yang masih awam tentang Islam itu sendiri.
    Dan saya mohon Majalah Hidayah mengirim alamat email Silsilah Syekh Nawawi “yang dari Rasulullah hingga Syekh Nawawi al-Bantani” Terima Kasih. ttd. Generasi Syekh Nawawi al-Bantani ke-9.zurzen@ymail.com

    Balas
  • […] MAJALAH HIDAYAH DAN POP,TERNYATA SAUDARA KANDUNG!!! […]

    Balas
  • 64. eko  |  Desember 18, 2008 pukul 7:09 am

    saya sangat suka dengan edisis hidayah yang”tragedi dipagi idul fitri:buta mata buta hati”hidayah tayang lagi dong di trans tv
    🙂 oke!!!!

    Balas
  • 65. ega_syuhada  |  Januari 30, 2009 pukul 10:19 am

    Pelajarilah islam dari sumbernya (Al-Qur’an – Hadist) jgn terlalu berharap terhadap tayangan televisi yg memiliki kepentingan dalam hal komersial…..

    Balas
  • 66. Buggy  |  Februari 27, 2009 pukul 2:00 pm

    Salam warahmatullah

    God is gracious , wah kalau baca komentar tentang sesuatu me
    mang individual banyak perbedaan dan akhirnya satu dengan yang
    lain menjadi bebenturan yang menjadi suatu musibah.

    Memang sebaiknya kita ambil prinsipal dengan moto ” kalau kita tidak bisa berbuat dengan tangan ; ya dengan mulut dan yang paling aman serta baik ya dengan hati; dalam arti ” kita berdoa untuk se
    mua manusia di duinia semoga dapat bimbingan dan hidayah dari Tu han Yang Maha Esa.

    Life is beatiful and great as God created the world full of thing
    to ponder around.

    Love you everyone for God sake

    best regard

    Buggy from Down Under where Kanggru live.

    Balas
  • 67. nirda  |  Mei 24, 2009 pukul 3:04 pm

    MAU TANYA…

    Saya sempat curiga juga tentang kesamaan ini.

    Coba cek jenis iklan yang ada di Majalah Hidayah. Iklannya mengumbar aurat dan sekitar hal-hal yang senonoh (contoh: perbesar payudara..maaf) dsb.

    Kalau memang ini Majalah Islam, maka harusnya iklan yang seperti ini walaupun mendapatkan uang banyak, harus ditolak. Coba cek deh Majalah Hidayah…Pasti menemukan hal tersebut..! Naudzubillah!

    Balas
  • 68. yuday  |  November 12, 2009 pukul 5:34 am

    mau minta alamat lengkap tempat asrama rukyah di medan yang pernah di muat di salah satu edidi di majalah hidayah. terima kasih

    Balas
  • 69. yuday  |  November 12, 2009 pukul 5:41 am

    Ass… atas keikhlasan redaksi, saya minta tolong, minta alamat lengkap tempat asrama rukyah di Medan, yang pernah di muat di salah satu edisi di majalah Hidayah. tolong kirimkan ke email saya. yuday_cai@yahoo.com. sebelum nya atas keikhlasan tim redaksi Hidayah, saya ucapkan terima kasih. wassalam.

    Balas
  • 70. yuday  |  November 12, 2009 pukul 5:54 am

    Ass…. saya mau minta tolong semoga redaksi majalah Hidayah ikhlas dan tulus membantunya Amien,,,saya mau minta alamat lengkap tempat yang ada asrama nya untuk Ruqyah di Medan, yang pernah di muat di salah satu edisi majalah Hidayah..tolong kirimkan ke email saya ( yuday_cai@yahoo.com ) terima kasih sebelum nya atas bantuan nya

    Balas
  • 71. melekmata'  |  Desember 18, 2009 pukul 12:05 am

    Assalamu’alaikum.
    Semoga yang nulis segala sesuatu yang buruk tentang islam akan segera mendapat hidayah pencerahan dari Tuhan, semoga yang mencemooh juga dapat hidayah Tuhan agar lebih hati2 dalam bersikap, semoga yang sudah dapat hidayah Tuhan lebih waspada. Untuk majalah hidayah, maaf, saya setuju dng pendapat komentator ‘nirda’, tolong hati2 dlm memilih dan menampilkan iklan yang tidak sesuai dng konten-nya. Allah memerintahkan kita dalam ayat pertama dari surat pertamanya yng diturunkan ” Iqro” yng berarti “bacalah”, artinya kita harus membaca, meneliti dulu sebelum bertindak, jng sampai semuanya jadi fitnah, ini saya tujukan kepada yng pro dan kontra atau yng antara keduanya. Semoga tujuan kita semua adalah untuk saling menasihati dalam kebaikkan. Amiin. Wasalam.

    Balas
  • 72. Meiliyan  |  Februari 27, 2010 pukul 12:41 pm

    Ya sebelumnya saya juga suka baca majalah hidayah, tapi kalo seperti ini saya rasa kita harus bijak, ambilah yang menurut kita benar dan buanglah yang salah.

    Balas
  • 73. hambaALLA  |  Agustus 19, 2010 pukul 3:29 am

    inilah salah satu tanda2 kiamat

    Balas
  • 74. kang yoes  |  Agustus 24, 2011 pukul 5:58 pm

    salam…

    Komentar saya sedikit dan mudah mudahan ada manfaat.
    Pribahasa mengatakan ” Gajah dipelupuk mata, nampak tidak jelas, tapi semut disebrang lautan jelas kelihatan “.
    Jangan merasa nyaman / benar dgn mencari suatu kesalahan / ‘aib ( seseorang, ormas, dll ), apalagi sampai tersebar luas kepada yang lain, karna takut masuk kategori ‘GIBAH’ atau ‘FITNAH’.
    Bukan magsud sy setuju atau tidak setuju atas artikel atau koment diatas, tp cb analisa dl apa ini akan menjadi GIBAH apalagi FITNAH ?.
    Kalau seandainya kita mau niat ‘NAHI MUNKAR’, kan ada jalan tahapannya:
    1. Dengan Tangan ( Turun langsung kpd siapa yg berbuat Nahi Munkar )> Dan ini tugas yg punya wewenang , contoh aparat penegak hukum.
    2. Dengan Mulut ( Mendoakan kpd yg berbuat Nahi Munkar semoga dpt Hidayah dan berhenti ds berbuat Nahi Munkar )> ini tugas para kita.
    3. Dengan Hati ( Minimalnya Kita benci dgn berniat tidak akan melalukan hal yg sama ) ini adalah selemahnya iman.

    Sob…, ingat setiap apa yg kita post kan, akan ada 2 kemungkinan :
    1. Jika benar > maka post tsbt jadi ilmu yg bisa bermanfaat bagi khalayak, dan tentunya hal itu menjadi ladang amal baginya, insyaallh pahala amal ilmu yg bermanfaat akan trs mengalalir.
    2. Jika salah > tentu kebalikan di atas no 1, selain tidak bermanfaat terlebih menyesatkan, hal ini akan menjadi mala petaka bagi penulis, karna dosanya bkn dr apa yg ditulis melainkan siapa saja yg mengamalkan isi tulisan.

    Wallahu A’lam

    Balas
  • 75. didik paryono (@DidikParyono)  |  Februari 2, 2012 pukul 1:55 am

    saya sok kadang beli kadang enggak ni majalah sampai hari ini… tapi semua kembali ke diri kita masing-masing.. seleksi alam akan menentukan…dan memutuskan… dan terserah….siapa yang yg menananmmm belom tentu juga panen…

    Balas
  • 76. Isnaini Ahmadi  |  April 9, 2012 pukul 3:31 am

    wah, telat 6 tahun aku bacanya, hahaha.
    Fakta yang menarik..

    Balas
  • 77. yoyok surahyo  |  September 12, 2012 pukul 10:49 am

    Orang yang pandai bukanlah orang yang pintar berbicara,orang yang pandai itu orang yang banyak mengingat maut,sehingga dengan demikian dia akan banyak melakukan yang terbaik untuk diri dan agamanya,,menyampaikan sesuatu di depan umum dengan banyak mengorbankan orang lain adalah ciri-ciri orang yng zalim,pepatah mngatkan gajah di pelupuk mata tiada kelihatah semut d tengah lautan jelas kelihatan,agama bukanlah seluas otak di kepala kita, syurga pun luasnya tiada terhingga nerakapun demikian..kuasa Allh maha luas tidak seluas dan sepicik otak dikepala kita..dia mengampuni yng mau bertobat,,sedang kita banyak menghakimi dan memfitnah. Pandai beragama harus di barengi dzikir agar tidak sombong,karena yng berhak bersombong hanya Allah,banyak dzikir juga hrs banyak berilmu gunanya agar tidak mudah di provokasi dan di tipu.taqwa di hati bukanya di mulut..ketaqwaanmu tiada gunanya tanpa berbuat…Camkan…..!!!!

    Balas
  • 78. yoyok surahyo  |  September 12, 2012 pukul 11:34 am

    ” Dunia ini sangatlah pendek karena itu janganlah engkau perpendek dengan banyak berbuat dosa,teman itu sedikit maka jangan kau persempit dengan perilaku burukmu….mencari musuh lebih mudah dari pada mencari kawan,karena musuh bisa kau dapat dalm jangkat satu menit,sedang teman belum tentu bisa di dapat dalam jangka satu tahun.”

    “Orang yang mulia adalah orang yang panjang umurnya baik amlanya,orang yang beruntung adalah orang yang banyak harta serta banyak melakukan sedekah,sedang orang yang mendapat berkah adalah orang yang panjang umurnya serta bertambah ilmu bertambah pula ketaqwaanya”

    “Jadilah orang dermawan karena dada orang dermawan itu selalu apang dan luas hatinya sedang orang yg bakhil adalah gelap hatinya serat keruh fikiranya”

    “Pertanda kebodohan adalah suka membuang waktu untuk hal tidk berguna,menunda taubat,durhaka kepada orang tua dan suka menyebarkan rahasia orang lain”

    Balas
  • 79. Ary cipto  |  November 23, 2012 pukul 11:03 am

    Fitnah! Fitnah! Fitnah! Fitnah! Fitnah! Fitnah!
    Bohong! Sok tau kau! Eh, Hidayah Indonesia penerbitnya PT.Variapop Group,yang masih Satu perusahaan sama majalah Anggun,Muslimah,Paras,dan Hidayah Malaysia,bukan PT.Varia Pop Group! Saya tahu sendiri itu! Kalau ngga percaya,tanya sama PemRed nya! Dasar manusia Dajjal! Penyebar Fitnah!

    Balas
  • 80. Asep jamaludin  |  Mei 20, 2017 pukul 1:55 am

    Bangsat kau…fitnah saja kerjamu….di tuntut baru tau rasa kau…@

    Balas

Tinggalkan Balasan ke Binta umayyah Batalkan balasan

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed



This website is worth
What is your website worth?

Kunjungan Temen

  • 245.859 hits

Catatan Lalu

Jadwal

September 2006
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
252627282930